Transformasi Fisis Zat Murni
Proses termodinamika dapat dilihat
dari perubahan energy bebas Gibbs. Namun karena untuk zat
murni fungsi Gibbs molar sistem sama dengan potensial kimia maka perubahan –
perubahan spontan terjadi kearah sistem baru dengan potensial kimia lebih
rendah (∆µ < 0)Perubahan spontan juga ditandai dengan arah perubahan ke
entropi total yang lebih tinggi. Perubahan fasa ke sistem yang lebih teratur
(misalkan pada pembekuan) memang entropinya lebih rendah (∆S < 0)
tetapi selalu diikuti oleh kenaikan entropi di lingkungan yang besar, sehingga
total entropinya tetap positif dengan cara melepas panas ke
lingkungan.
1.
Diagram
fasa
Fasa adalah bentuk zat yang seragam di
semua komposisi kimia dan keadaan fisisnya
Fasa senyawa :
Padat, cair,
gas dan variasi padatannya
Transisi Fasa adalah perubahan spontan dari satu fasa ke
yang lain pada p dan T tertentu
Temperatur Transisi adalah temperatur dimana dua fase berada dalam kesetimbangan dan energi gibs menjadi minimum pada tekanan yang berlaku
Dalam gas
dan cairan, mobilitas molekul memungkinkan transisi fase berjalan cepat. Pengecualian pada intan yang memiliki harga µ
lebih tinggi dari pada grafit, proses
perubahan transisinya berjalan sangat lambat tak terukur kecuali pada suhu tinggi dan di
luar jangkauan termodinamika.
Proses termodinamika dapat dilihat
dari perubahan energy bebas Gibbs. Namun karena untuk zat
murni fungsi Gibbs molar sistem sama dengan potensial kimia maka perubahan –
perubahan spontan terjadi kearah sistem baru dengan potensial kimia lebih
rendah (∆µ < 0)Perubahan spontan juga ditandai dengan arah perubahan ke
entropi total yang lebih tinggi. Perubahan fasa ke sistem yang lebih teratur
(misalkan pada pembekuan) memang entropinya lebih rendah (∆S < 0)
tetapi selalu diikuti oleh kenaikan entropi di lingkungan yang besar, sehingga
total entropinya tetap positif dengan cara melepas panas ke
lingkungan.
1.
Diagram
fasa
Fasa adalah bentuk zat yang seragam di
semua komposisi kimia dan keadaan fisisnya
Fasa senyawa :
Padat, cair,
gas dan variasi padatannya
Transisi Fasa adalah perubahan spontan dari satu fasa ke
yang lain pada p dan T tertentu
Temperatur Transisi adalah temperatur dimana dua fase berada dalam kesetimbangan dan energi gibs menjadi minimum pada tekanan yang berlaku
Diagram Fase menunjukkan daerah –
daerah dimana tekanan dan temperatur berbagai fase bersifat stabil secara termodinamika
Batas
fase memperlihatkan nilai p dan T dimana dua fase berada dalam kesetimbangan
Salah
satu konsekuensi dariHk. II
Termodinamika adalah bahwa pada kesetimbangan potensial kimia suatu zat adalah sama di
semua titik, tidak perduli berapa fase yang ada pada titik tersebut
Jika cairan dalam vessel dipanaskan maka uap akan terbentuk
dipermukaan. Pada kondisi temperatur tertentu maka uap akan sama dengan tekanar
luar (eksternal), penguapan dapat terjadi melalui gelembung cairan dan uap akan
memenuhi lingkngan secara cepat. Proses mendidih temperatur ini disebut titik
didih
Pada kondisi tekanan luar 1
atm : titik didih normal
Pada kondisi tekanan luar 1
bar : titik didih standar
Contoh untuk air :
Titik didih normal : 100 ֯C
Titik didih standar : 99,6 ֯C
a)
Cairan
dalam kesetimbangan uap-air
b)
Ketika
pemanasan berlanjut, kerapatan uap meningkat dan cairan menurun.
c)
Pada
kondisi T dan P tertentu, batas fase menghilang, kerapatan kedua fasa dalam
keadaan setimbang.
2. Tiga tipikal
diagram fasa
1.
Ketergantungan Stabilitas Fase pada Temperatur
Entropi
menunjukkan perubahan energi gibs yang tergantung dari temperatur.
((∂G / ∂T)n = -S)
Jika suhu naik, potensial kimia zat murni akan turun (karena Sm selalu negatif)
(∂µ / ∂T)p = -Sm
2.
KetergantunganStabilitasFasepada tekanan
Jika tekanan naik,
potensial kimianya akan selalu naik (nilaiVm positif)
(∂µ / ∂P)T = Vm
Penambahan
tekanan menaikkan potensial kimia azat murni karena
Vm>0
Vm(1)>Vm(s)
Maka pada besar kenaikan
p yang sama, µ cairan naik lebih besar daripada µ
padatan sehingga menaikkan titik leleh
Pada air, Vm (l) <Vm (s), maka pada besar kenaikan p yang sama, µ padatan naik lebih besar daripada
µ cairan sehingga menurunkan titik leleh
3.
Lokasi
batas fasa
Jika fasa α dan fasa β ada dalam kesetimbangan,
potensial kimia pada batas fasa keduanya adalah sama sehingga µα
(p,T) = µβ (p,T)
Jika kemudian kondisi sistem berubah dari
p1 T1 ke p2 T2 (misalnya), maka ∆µα = ∆µβ
Pada setiap fasa berlaku dµ=-SmdT+Vmdp sehingga pada batas
berlaku S
-Sα,mdT+Vα,mdp=-Sβ,mdT+Vβ,mdp
Dimana Sα,m dan Sβ,m adalah entropi molar dari masing-masing fasa dan Vα,m; Vβ,m adalah volume molarnya.
Diatur ulang
menjadi
(Vβ,m-Vα,m)dp=(Sβ,m-Sα,m)dT
dp/dT=∆trsS/∆trsV
Persamaan diatas adalah Persamaan Clapeyron, dengan ∆Sm dan
∆Vm masing-masing adalah perubahan entropi molar dan perubahan volume molar
jika terjadi transisi fasa pada kesetimbangan zat murni
Batas fasa padat-cair
Pelelehan selalu diikuti oleh perubahan entalpi
∆Hfus dan terjadi pada T tertentu, oleh karena itu entropi molarnya adalah ∆fus H/T
Persamaan Clapeyronnya menjadi dp/dT = ∆fus H/T∆fus
V
∆Vfus adalah perubahan
volume pada saat pelelehan dan bernilai positif
Bentuk kurva
pada batas-batas fasanya diperoleh dengan mengintegrasi slope-nya yaitu
dp/dT-nya.Jika suhu lelehnya T pada tekanan p, dan suhu leleh T* pada tekanan p* maka bentuk integrasinya adalah dp= ∆fus H/∆fus
V dT/T
Dihasilkan persamaan sbb
p≈p*+∆fus H/∆fus V ln T/T*
Jika dianggap T berdekatan dengan T*,
maka bentuk ln-nya bisa menjadi ln T/T*= ln (1+ T-T*/T*) ≈T-T*/T*
Karena ln (1+x)
≈ x jika x kecil. Hasil akhirnya adalah sbb
p≈p*+∆fus H/T*∆fus V (T-T*)
Persamaan tersebut adalah persamaan garis lurus p vs T dan menentukan posisi tiap titik pada batas fasa
Batas fasa cair-gas
Entropi molar penguapan pada suhu T adalah
∆Sm = ∆Hvap/T
Persamaan Clapeyron menjadi dp/dT = ∆vapH/T∆vap V
Nilai ∆Hvap bernilai positif dan ∆Vvap bernilai besar dan positif sehingga nilai dp/dT selalu bernilai positif
Volume molar gas >> volume molar cairan, sehingga bisa dianggap
∆Vvap ≈Vm (g) Jika dianggap sebagai gas
ideal maka Vm (g) = RT/p
Jika kemudian entalpi penguapan tidak bergantung pada temperatur maka
pers. Tersebut akan menjadi p≈p*e-ᵡ ƛ=∆vap
H/R (1/T-1/T*)
p* adalah tekanan pada saat T* dan p
adalah tekanan pada saat T
Batas fasa cair-gas
Perbedaan dengan fasa cair
– gas adalah hanya sekarang harga entalpinya adalah ∆Hsub , Persamaan-persamaannya adalah d ln p/dT ≈∆sub H/RT2
p = p*e-n dengan N=∆sub
H/R (1/T-1/T*)
Sumber : Atkins. 1990. Kimia Fisika jilid 1 edisi keempat. Jakarta : Erlangga.
Ditulis oleh : Asmaul Dwi Ayu Sholekah (15630044)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar