Minggu, 18 Juni 2017

Koloid (Campuran 2 Fasa) dan Manfaatnya!



Pembuatan Koloid (Campuran 2 Fasa)

Pengertian koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium pendispersi.
Secara makroskopis, koloid terlihat seperti larutan, di mana terbentuk campuran homogen dari zat terlarut dan pelarut. Namun, secara mikroskopis, terlihat seperti suspensi, yakni campuran heterogen di mana masing-masing komponen campuran cenderung saling memisah.
Warna pada cat berasal dari warna pigmen yang sebenarnya tidak larut dalam air ataupun medium pelarut lainnya. Namun demikian, cat terlihat seperti campuran yang homogen layaknya larutan garam dan bukan seperti campuran heterogen layaknya campuran pasir dengan air. Hal ini terjadi sebagaimana cat merupakan sistem koloid dengan pigmen terdispersi dalam air atau medium pelarut cat lainnya.
Jenis-jenis Koloid
Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersi, jenis koloid ada tiga, antara lain sol (fase tersispersi padat), emulsi (fase terdispersi cair), dan buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan fase pendispersi gas disebut aerosol.
Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, jenis koloid dapat dibagi menjadi 8 golongan seperti pada tabel berikut.
Fase Terdispersi
Fase Pendispersi
Jenis Koloid
Contoh Koloid
Cair
Gas
Aerosol
Kabut, awan, hair spray
Padat
Gas
Aerosol
Asa, debu di udara
Gas
Cair
Buih
Buih sabun, krim kocok
Cair
Cair
Emulsi
Susu, santan, mayonnaise
Padat
Cair
Sol
Sol emas, tinta, cat, pasta gigi
Gas
Padat
Buih padat
Karet busa, Styrofoam, batu apung
Cair
Padat
Emulsi padat (gel)
Margarin, keju, jelly, mutiara
Padat
Padat
Sol padat
Gelas berwarna, intan hitam
 
Sifat-sifat Koloid
1. Efek Tyndall
2. Gerak Brown
3. Muatan koloid
a. Adsorpsi
b. Elektroforesis
4. Koagulasi
1. Pembuatan Koloid Dengan Cara Kondensasi
2. Pembuatan Koloid Dengan Cara Dispersi
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air  dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan  secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang  dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak  terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya. Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun pada  dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini  memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid  tidak dapat diendapkan dengan cara itu. Pada  tahap kedua, setelah suspense kasar terendapkan, air yang mengandung koloid diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat, besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk menjadikan  pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara 5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5. Pada  tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan, benda-benda koloid yang telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih terbawa di dalam air akan tertahan pada saringan pasir tersebut. Pada  tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).

Ketika seberkas cahaya diarahkan kepada larutan, cahaya akan diteruskan. Namun, ketika berkas cahaya diarahkan kepada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. Efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dari larutan. Penghamburan cahaya ini terjadi karena ukuran partikel koloid hampir sama dengan panjang gelombang cahaya tampak (400 – 750 nm).
Secara mikroskopis, partikel-partikel koloid bergerak secara acak dengan jalur patah-patah (zig-zag) dalam medium pendispersi. Gerakan ini disebabkan oleh terjadinya tumbukan antara partikel koloid dengan medium pendispersi. Gerakan acak partikel ini disebut gerak Brown. Gerak Brown membantu menstabilkan partikel koloid sehingga tidak terjadi pemisahan antara partikel terdispersi dan medium pendispersi oleh pengaruh gaya gravitasi.
Partikel koloid dapat menyerap partikel-partikel lain yang bermuatan maupun tidak bermuatan pada bagian permukaannya. Peristiwa penyerapan partikel-partikel pada permukaan zat ini disebut adsorpsi. Partikel koloid dapat mengadsorpsi ion-ion dari medium pendispersinya sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan listrik. Jenis muatannya bergantung pada muatan ion-ion yang diserap. Sebagai contoh, sol Fe(OH)3 dalam air bermuatan positif karena mengadsorpsi ion-ion positif, sedangkan sol As2S3 bermuatan negatif karena mengadsorpsi ion-ion negatif.
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik di mana partikel bermuatan bergerak ke arah elektrode dengan muatan berlawanan ini disebut elektroforesis. Koloid bermuatan positif akan bergerak ke arah elektrode negatif, sedangkan koloid bermuatan negatif akan bergerak ke arah elektrode positif. Oleh karena itu, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid dan juga untuk memisahkan partikel-partikel koloid berdasarkan ukuran partikel dan muatannya.
Muatan listrik sejenis dari partikel-partikel koloid membantu menstabilkan sistem koloid. Jika muatan listrik tersebut hilang, partikel-partikel koloid akan menjadi tidak stabil dan bergabung membentuk gumpalan. Proses pembentukan gumpalan-gumpalan partikel ini disebut koagulasi. Setelah gumpalan-gumpalan ini menjadi cukup besar, gumpalan ini akhirnya akan mengendap akibat pengaruh gravitasi.  Koagulasi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
1.      mekanik, yakni dengan pengadukan, pemanasan atau pendinginan;
2.      menggunakan prinsip elektroforesis, di mana partikel-partikel koloid bermuatan negatif akan digumpalkan di elektrode positif dan partikel-partikel koloid bermuatan positif akan digumpalkan di elektrode negatif jika dialirkan arus listrik cukup lama;
3.      menambahkan elektrolit, di mana ion positif dari elektrolit akan ditarik partikel koloid bermuatan negatif dan ion negatif dari elektrolit akan ditarik partikel koloid bermuatan positif sehingga partikel-partikel koloid dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan lapisan pertama. Apabila jarak antara kedua lapisan tersebut cukup dekat, muatan partikel koloid akan menjadi netral sehingga terjadilah koagulasi. Semakin besar muatan ion dari elektrolit, proses koagulasi semakin cepat dan efektif;
4.      menambahkan koloid lain dengan muatan berlawanan, di mana kedua sistem koloid dengan muatan berlawanan akan saling tarik-menarik dan saling mengadsorpsi sehingga terjadi koagulasi.
Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan koloid pelindung, yakni suatu koloid yang berfungsi menstabilkan partikel koloid yang terdispersi dengan membungkus partikel tersebut sehingga tidak dapat saling bergabung membentuk gumpalan.
Pada cara ini, partikel-partikel kecil (partikel larutan) bergabung menjadi partikel-partikel yang lebih besar (partikel koloid), yang dapat dilakukan melalui:
 Reaksi redoks Contoh: pembuatan sol belerang
2H2S(g) + SO2(aq) → 3S(koloid) + 2H2O(l)

Hidrolisis Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3 dengan menambahkan larutan FeCl3 ke dalam air mendidih
FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)

 Dekomposisi rangkap Contoh: pembuatan sol AgCl
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNO3(aq)

 Penggantian pelarut Contoh: bila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel
Pada cara ini, partikel-partikel besar (partikel suspensi) dipecah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (partikel koloid), yang dapat dilakukan melalui
Cara mekanik
Pada cara ini, butiran-butiran kasar digerus ataupun digiling dengan penggiling koloid hingga tingkat kehalusan tertentu lalu diaduk dalam medium pendispersi. Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan gula pasir, kemudian serbuk yang sudah halus tersebut dicampur dengan air.
Cara peptisasi
Pada cara ini, partikel-partikel besar dipecah dengan bantuan zat pemeptisasi (pemecah). Contoh: endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3; endapan NiS oleh H2S; dan agar-agar dipeptisasi oleh air.
Cara busur Bredig
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam seperti Ag, Au, dan Pt. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium pendispersi lalu kedua ujung elektroda diberi loncatan listrik.
3. Koloid dan aplikasinya sehari-hari
a.      Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya. Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt).  Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel  bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada electrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
b.      Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol  getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah  karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal. Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain,  misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan ammonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal.
c.       Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa  koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
d.      Penjernihan air
e.       Sebagai deodorant
Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.
f.       Sebagai bahan makanan dan obat
Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.
g.      Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.
h.      Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air  sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air

Fahmi Eksa Sagita (12630027)

Sabtu, 17 Juni 2017

KESETIMBANGAN KIMIA

KESETIMBANGAN KIMIA

Kesetimbangan kimia merupakan suatu keadaan dimana reaksi antara reaktan dan produk memiliki laju reaksi yang sama dan konsentrasi dari keduanya ini menjadi konstan. Keadaan ini biasa disebut reaksi bolak-balik atau reaksi reversible yaitu jika produk yang diperoleh dapat menghasilkan reaktan kembali. Kesetimbangan kimia dapt dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu
1.      kesetimbangan yang melibatkan satu fasa homogen yang disebutt kesetimbangan homogen.
contoh : N2(g) + 3H2(g)  D 2NH3(g)
2.       kesetimbangan yang melibatkan dua atau lebih fasa yang berbeda yang disebut kesetimbangan heterogen.
Contoh : CaCO3(s) D CaO(s) + CO3(g)
Hukum kesetimbangan
Kesetimbangan kimia memiliki hubungan antara kesetimbangan dengan persamaan reaksi yang biasanya disebut hukum kesetimbangan. Hukum kesetimbangan menurut Guldberg dan Wange yaitu “dalam keadaan kesetimbangan pada suhu tetap, maka hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dibagi degan hasil kali konsentrasi pereaksi yang sisa dimana masing-masing konsentrasi itu dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah tetap”.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
m A + n B « p C + q D
dimana fasa yang digunakan dalam menentukan konstantanya hanya fasa gas (g) dan larutan (aq) maka konstanta keseimbangan konsentrasi (Kc) dari reaksi diatas adalah sebagai berikut :
Sedangkan konstanta keseimbangan parsial (Kp) dari reaksi diatas adalah sebagai berikut :
Dari persamaan diatas terdapat hubungan antara Kc dan Kp, dimana jika salah satu konstanta keseimbangan sudah di ketahui, maka konstanta yang lain dapat dicari seperti persamaan dibawah ini :
Dimana ∆n adalah selisih dari jumlah koefisien pada produk dan jumlah koefisien pada reaktan. 
Faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan kimia  yaitu :
Menurut Henri Louis Le Chatelier bahwa jika suatu sistem keseimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pangaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya. Dari pernyataan itu, dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh perubahan dalam kondisi pada keseimbangan kimia dapat mempengaruhi arah pergeseran reaksi. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan reaksi adalah :
1.      Konsentrasi
Semakin banyak konsentrasi yang ditambahkan pada salah satu zat, maka keseimbangan kimianya akan bergeser ke arah yang berlawanan dengan zat tersebut. Dan jika salaht yang satu zat diperkecil, maka keseimbangan kimia akan bergeser ke arah yang dikurangi.
2.      Temperatur
Menurut hukum Van’t Hoff bahwa jika suhu nya dinaikkan,maka keseimbangan kimianya akan bergeser ke arah endoterm atau membutuhkan kalor (ke arah ∆H +). Tetapi jika suhunya diturunkan maka keseimbangan kimianya akan bergeser ke arah eksoterm atau melepaskan kalor (ke arah ∆H -)
3.      Volume dan tekanan
Dalam keseimbangan kimia, pengaruh volume dan tekanan ini berbanding terbalik. Jika volume dinaikkan atau tekanan diturunkan maka keseimbangan akan bergeser ke arah jumlah mol yang lebih besar. Akan tetapi  Jika volume diturunkan atau tekanan dinaikkan maka keseimbangan akan bergeser ke arah jumlah mol yang lebih kecil.
4.      Katalis
Penggunaan katalis ini hanya mepercepat reaksi yang terjadi tidak mempengaruhi pergeseran keseimbangan kimia.


Daftar Pustaka
Atkins, P.W.1989. Kimia Fisika Jilid I edisi keempat. Jakarta : Erlangga
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti edisi ketiga jilid 1.
Jakarta : Erlangga


Ditulis oleh : Firda Marantika Fikri (15630070)

Jumat, 16 Juni 2017

Kesetimbangan Asam Basa

Asam dan basa memiliki beberapa pengertian, salah satunya adalah menurut Bronsted Lowry yaitu Asam adalah donor proton dan Basa adalah akseptor proton. Definisi terseut menyebutkan ada atau tidaknya pelarut, walau demikian jelas sekali bahwa medium terpenting adalah larutan encer. Pada kesetimbangan asam basa dalam air, akan didapatkan asam konjugat dan juga basa konjugat. Hal tersebut dapat diperhatikan pada contoh reaksi berikut :
HF + H2O à F- + H3O+
Aseptor proton F- yang ditinggak setelah asam Bronsted mendonorkan sebuah proton tersebut Basa Konjugat dari asam HF.
B(aq) + H2O(l) à BH+(aq) + OH-(aq)
Donor proton tersebut jika basa menerima sebuah proton dan menjadi BH+ yang disebit asam konjugat dari basa B.
Bentuk umum kesetimbangan untuk kesetimbangan transfer proton adalah :
Asam(aq) + H2O (l) à Basa(aq) + H3O+(aq)
K =       a(H3O+).a(Basa)
a (Asam).a(H2O)
Konstanta keasaman adalah kesetimbangan asam dalam air yang dapat dinyatakan dalam konstanta kesetimbangan. Dengan rumus :
Ka =      a (H3O+) . a (Basa)
                        a(Asam)
Nilai konstangta keasaman meliputi rentang yang lebar, sehingga lebih mudah bagi kita untuk menyatakan nilai-nilai itu sebagai logaritmanya dengan persamaan :
pKa = -log Ka
Dalam kasus sifat amfiprotik pada air dapat diketahui kesetimbangan Otoprotolisa yaitu kesetimbangan transfer proton meliputi zat tunggal. Sedangkan konstanta otoprotolisa adalah Kw. Hubungan antara keduanya adalah :
pKw = -log Kw
Rentang nilai yang lebar akan dipaparkan pada skala pH dimana,
pH = - log a (H3O+)
Semakin tinggi pH suatu larutan, aktivitas ion Hidrogen makin rendah. Kita akan melihat bahwa menggunakan pOH juga mudah, yaitu didefinisikan sebagai :
pOH = - log a (OH-)
Dengan mengambil logaritma dari persamaan Kw dan mrngubah tanda di seluruh persamaan kita mendapatkan :
pKw = pH + pOH
Asam kuat asalah donor proton yang kuat dan konstanta keasamannya dalam air tak terhingga. Sedangkan Basa Kuat adalah akseptor proton yang kuat dan benar-benar terprotonkan secara lengkap di dalam air. Asam dan basa kuat ini akan membentuk reaksi yang benar-benar sempurna. Namun, asam lemah juga didefinisikan sebagai asam bronsted yang terionkan tidak sempurna di dalam larutan dan khususnya mempunyai Ka < 1. Dan basa lemah adalah basa Bronsted yang akan terprotonkan sebagian.
Kesetimbangan asam dan basa ini memiliki manfaat untuk kehidupan sehari-hari, yaitu dapat digunakan untuk mengetahui keasaman atau kebasaan suatu larutan atau bahan yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya bahan makanan dan minuman, bahan industri dan lain sebagainya.

Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat..

Ditulis oleh :
Wida Nuri Ahdiyati
NIM : 15630051
(Mahasiswa Kimia UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

Penerapan keseimbangan kimia dalam tubuh manusia

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah mempunyai bermacam-macam fungsi, yaitu : (1) Merupakan alat pengangkut, (2) Mengatur keseimbangan cairan antara darah dengan cairan jaringan, (3) Mengatur keseimbangan asam-basa (pH) darah, (4) Mencegah pendarahan, (5) Merupakan alat pertahanan tubuh, (6) Mengatur suhu tubuh.
Darah manusia bewarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin.


Komposisi Darah
Darah terdiri dari 2 bagian, yaitu sel-sel darah (butir-butir darah) dan cairan darah (plasma darah). Sel-sel darah merupakan bagian darah yang mempunyai bentuk. Ada 3 macam sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah pada umumnya terdiri dari 91-92%, protein 8-9%, protein yang terdapat dalam plasma darah adalah serum albumin, serum globulin dan fibrinogen, garam-garam anorganik 0,9%, garam-garam anorganik ini terdiri dari anion : Cl, CO3, HCO3, SO4, PO4, dan kation : Na, K, Ca, Mg, Fe ; substansi organik yang lain kecuali protein seperti protein non protein, garam ammonium, urea, asam urat, kreatinin, kreatin, asam amino, santin, hiposantin, lipida yaitu : lemak, fosfolipida, kolesterol; karbohidrat seperti glukosa; gas-gas yang larut dalam plasma yaitu : O2, CO2, N2, dan gas-gas yang dihasilkan oleh usus; substansi-substansi yang lain seperti hormon, enzim-enzim, dan lain-lain.

Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah mempunyai peranan sebagai berikut : (1) Mengangkut zat makanan (nutrien) dari usus ke seluruh jaringan tubuh, (2) Mengangkut zat ampas dari jaringan tubuh ke alat pembuangan, (3) Mengangkut O2 dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, (4) Mengangkut CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru, (5) Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke tempat sasaran, (6) Mendistribusikan panas dari sumbernya ke seluruh bagian tubuh.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-parukarbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. untuk melepaskan sisa metabolisme berupa 
Lalu bagaimana dengan kesetimbangan kimia?
Kesetimbangan kimia adalah reaksi yang pada keadaan tertentu dapat berlangsung dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri dengan kecepatan yang sama sehingga jumlah mol salah satu zat yang hilang pada reaksi itu tepat sama dengan jumlah mol zat itu yang terbentuk kembali dalam waktu dan pada saat yang sama.  

Ada 2 jenis kesetimbangan kimia menurut jenis campuran antara zat-zat yang beraksi, yaitu :
1. Kesetimbangan homogen
Zat-zat yang terdapat dalam keadaan kesetimbangan merupakan campuran homogen yang terdiri dari satu fase, artinya semuanya gas atau semuanya zat cair.
2. Kesetimbangan heterogen
Zat-zat yang terdapat dalam keadaan kesetimbangan merupakan campuran heterogen yang mempunyai beberapa fase, misalnya ada gas dan zat cair, atau gas dan zat padat, atau zat cair dan zat padat, atau ketiganya.

Pergeseran Kesetimbangan
Jika pada sistem kesetimbangan diberikan aksi, maka sistem akan berubah sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi tadi diupayakan sekecil mungkin. Aksi-aksi yang dapat mempengaruhi terjadinya pergeseraan kesetimbangan antara lain perubahan konsentrasi, perubahan volume, perubahan tekanan, perubahan jumlah mol, perubahan temperatur, dan katalisator.

Azas Le Chatelier
Henri Louis Le Chatelier (1884) berhasil menyimpulkan pengaruh faktor luar tehadap kesetimbangan dalam suatu azas yang dikenal dengan azas Le Chatelier sebagai berikut:
“ Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut. “
Secara singkat, azas Le Chatelier dapat dinyatakan sebagai:
Reaksi = - Aksi
Artinya : Bila pada sistem kesetimbangan dinamik terdapat gangguan dari luar sehingga kesetimbangan dalam keadaan terganggu atau rusak, maka sistem akan berubah sedemikian rupa sehingga gangguan itu berkurang dan bila mungkin akan kembali ke keadaan setimbang lagi. Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke kanan.

 Persamaan Tetapan Kesetimbangan
Suatu bentuk ungkapan dari hukum kesetimbangan kita sebut persamaan tetapan kesetimbangan. Persamaan tetapan kesetimbangan disusun sesuai dengan stokiometri reaksi. Secara umum, untuk reaksi :
Persamaan tetapan kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai berikut :

Ini tentang darah

Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Harga ini diatur dalam darah berada dalam kesetimbangan dengan ion hidrogen karbonat dan ion hidrogen.

Jika konsentrasi ion hidrogen bertambah, ion-ion ini bereaksi dengan ion hidrogen karbonat. Jika konsentrasi ion hidrogen terlampau rendah, asam karbonat bereaksi menghasilkan hidrogen. Oksigen diangkut dari paru-paru ke sel badan oleh hemoglobin dalam sel darah merah. Dalam paru-paru, konsentrasi oksigen cukup tinggi dan hemoglobin bereaksi dengan oksigen membentuk oksihemoglobin. Reaksi ini dapat ditulis :

Ketika oksigen diangkut dari paru-paru ke jaringan tubuh, karbon dioksida yang dihasilkan oleh respirasi sel angkut dari jaringan tubuh ke paru-paru. Dalam jaringan tubuh karbon dioksida yang konsentrasinya relatif tinggi melarut dalam darah bereaksi dengan air membentuk asam karbonat.

Dalam paru-paru di mana konsentrasi karbon dioksida relatif rendah, reaksi sebaliknya yang terjadi dan karbon dikeluarkan dari darah ke udara.
Penurunan keasaman (pH) darah < style="">asidosis, sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
1. Mekanisme dapar (larutan penyangga) kimia
Terdapat 4 macam larutan penyangga (dapar) kimia dalam tubuh, yaitu (1) Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat, (2) Sistem dapar fosfat, (3) Sistem dapar protein, (4) Sistem dapar hemoglobin. Sistem penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah menggunakan sistem dapar bikarbonat-asam karbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida, jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
2. Mekanisme ginjal
Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal manusia memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang.
3. Mekanisme pernafasan
Karbondioksida (CO2) adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida (CO2) ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbondioksida dalam darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam, dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
KESIMPULANNYA..
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil akan dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Penurunan keasaman (pH) darah < style="">asidosis, sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius

Sumber:
id.wikipedia.org. Darah. Diakses pada tanggal 15 Juni 2017. Pukul 22.45 WIB
Nasrudin H. Kesetimbangan kimia. pustakamaya.ictcenter-kendal. Diakses pada tanggal 15 Juni 2017. Pukul 23.00 WIB
Wulangi KS. 1993. Prinsip-prinsip fisiologi hewan. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Oleh:
IMAM ABU HANIFAH
NIM 12630025